Kolom

Berkurban untuk Bersatu

  • Nyayu Khodijah
  • Rabu, 28 Juni 2023
  • menit membaca
  • 312x baca
Berkurban untuk Bersatu

Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan Hari Raya Iduladha 1444 H pada hari Kamis 29 Juni 2023. Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa’adi ketika usai memimpin sidang isbat pada tanggal 18 Juni 2023 menuturkan bahwa penetapan Hari Raya Iduladha didasari oleh dua hal. Pertama, laporan dari Direktur Urusan Agama Islam (Urais) bahwa ketinggian hilal di seluruh Indonesia sudah berada di atas ufuk, namun masih berada di bawah kriteria imkanur rukyat yang ditetapkan oleh MABIMS (Menteri Agama Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, dan Singapura). Dalam laporannya Direktur Urais menyebutkan bahwa data yang diperoleh Tim Hisab Kemenag ketinggian hilal di Indonesia berkisar 0o11, 78’ (nol derajat sebelas koma tujuh puluh delapan menit) sampai 2o 21,57’ (dua derajat dua puluh satu koma lima puluh tujuh derajat menit) dengan sudut elongasi antara 4,39o (empat koma tiga puluh sembilan derajat) sampai 4,93o (empat koma sembilan puluh tiga derajat). Lebih lanjut Wamenag menuturkan bahwa berdasarkan data tersebut, maka posisi hilal di Indonesia belum memenuhi kriteria dari MABIMS. Sedangkan kriteria yang ditetapkan oleh MABIMS adalah ketinggian hilal minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat. Kedua, hasil pemantauan hilal yang dilakukan pada 99 titik di Indonesia, tidak ada satu pun dari mereka yang menyaksikan hilal.

Penetapan pemerintah mengenai Hari Raya Iduladha 1444 H berbeda dengan ketetapan yang diambil oleh Muhammadiyah yang menentukan Hari Raya Iduladha jatuh pada hari Rabu 28 Juni 2023. Meskipun terdapat perbedaan dalam penetapan Hari Raya Iduladha ini, Ketua Komisi VIII DPR RI Ashabul Kahfi mengajak segenap umat muslim di Indonesia untuk senantiasa menjaga kebersamaan dan persaudaraan dalam menyambut Hari Raya Iduladha 1444 H. Ashabul Kahfi juga menghimbau kepada masyarakat untuk mengedepankan sikap toleransi, hormat-menghormati, dan meningkatkan ukhuwah Islamiyah.

Hari Raya Iduladha juga sering disebut dengan hari raya kurban. Dalam literasi Arab kata kurban bersumber dari kata qaruba-yaqrubu-qurbanan, kata kurban merupakan masdar sehingga memiliki arti kedekatan. Abu Nashr as-Sarraj ath-Thusi dalam kitab Al-Luma’ menuturkan bahwa kedekatan hamba kepada Tuhan terbagi menjadi tiga tingkatan. Pertama, hamba yang senantiasa berusaha mendekati Allah dikarenakan mereka meyakini bahwa Allah Maha Besar. Kedua, manusia yang mengaktualisasikan kedekatannya terhadap Tuhan dengan cara berperilaku baik kepada manusia dan alam semesta. Ketiga, manusia yang sudah tidak bisa lagi melihat kedekatannya dengan Allah, karena kedekatannya dengan Tuhan sangat dekat, sehingga tidak diketahui lagi interval antara dirinya dengan Allah.

Pendapat Abu Nashr as-Sarraj ath-Thusi tersebut mengisyaratkan bahwa untuk meraih maqam qurbah (kedekatan kepada Allah Swt) dapat dilakukan dengan cara beriman kepada Allah dan berperilaku baik kepada seluruh manusia dan semesta alam. Oleh sebab itu, penulis mengajak kepada umat muslim terutama civitas akademika UIN Raden Fatah Palembang untuk memaknai Hari Raya Iduladha 1444 H dengan cara mendekatkan diri kepada Allah dan seluruh manusia, karena berbekal kedekatan kepada Allah dan sesama manusia, maka sila ketiga (Persatuan Indonesia) Pancasila akan terwujud.

Tags: kurban

Tinggalkan Komentar

Kirim Komentar

Berita Terkait